Followers

Tuesday, December 14, 2021

1.4.a.6. Refleksi Terbimbing - Budaya Positif

Tujuan Pembelajaran KhususCGP dapat melakukan refleksi terkait pemahamannya mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.

Pada tahap awal refleksi terbimbing, CGP diminta untuk menjawab pertanyaan tentang evaluasi diri


Berdasarkan gambar di atas, evaluasi diri yang ditanyakan adalah :

  1. Saya telah belajar bahwa kita semua memiliki kebutuhan dasar, memiliki penguasaan, kesenangan,   kebebasan, dan kelangsungan hidup
  2. Saya memahami kebutuhan dasar dalam kehidupan pribadi saya.
  3. Saya mengajarkan siswa saya mengenai kebutuhan dasar mereka melalui kegiatan
  4. Saya mengajarkan murid saya kebutuhan dasar mereka dengan bercerita.
  5. Saya mengintegrasikan bahasan mengenai kebutuhan dasar ke dalam kurikulum saya.
  6. Saya mengevaluasi sendiri kebutuhan saya di depan kelas dan menanyakan kebutuhan mereka. 
  7. Saya menganalisis perilaku murid yang salah untuk menemukan kebutuhan di balik masalah tersebut
  8. Saya menemukan hikmah di balik perilaku buruk tersebut. 
  9. Saya sengaja berusaha membuat kelas saya lebih memuaskan kebutuhan. 
  10. Saya telah memperkenalkan konsep gambaran dunia berkualitas kepada murid saya.
  11. Saya berbicara dengan murid-murid saya tentang cara-cara yang kurang pantas manusia dalam memenuhi kebutuhan mereka. 
  12. Saya memanggil murid-murid saya yang berperilaku ‘buruk dan kotor’ dan meminta perubahan. 
  13. Saya telah mengajarkan murid-murid bergeser dari keinginan-keinginan tertentu ke kebutuhan yang benar-benar diperlukan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tayangan You Tube berikut ini:



Setelah melakukan evaluasi diri, jawablah setiap pertanyaan berikut ini:

  1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan? Disiplin positif adalah menanamkan 3 Motivasi Perilaku Manusia, yaitu Untuk menghindari      ketidaknyamanan atau hukuman, Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Lima kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power). Pembentukan Keyakinan Kelas: • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. • Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. Segitiga prestitusi teridiri dari : Menstabilkan Identitas/Stabilize the identitas, Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior, Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief. Yang menarik buat saya adalah keinginan untuk mempraktekkan semua yang telah saya pelajari, walaupun pastinya susah dan ada tantangan tersendiri, tapi harus dicoba. 
  2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda. Pengalaman saya dalam menerapkan budaya positif di lingkungan kelas adalah pada awal pembelajaran saya membuat kesepakatan belajar (keyakinan kelas) untuk selalu diingat dan dilaksanakan, berikut sanksi bila melanggar keyakinan kelas. Posisi kontrol yang sering saya lakukan adalah sebagai teman, sehingga peserta didik menjadi nyaman, tetapi makin lama, kurang baik juga, karena ternyata murid akan nyaman dengan kita, ketergantungan dan bisa jadi membandingkan guru lain dengan kita. Saya berusaha untuk menjadi manager. Dalam menangani kasus anak yang bermasalah, saya selalu mengajak berbicara dari hati ke hati, mencoba untuk mendalami apa maksud berbuat demikian, memahami keinginannya dan berusaha untuk mencoba berempati dan mencari solusi bersama, dengan kesadaran murid tersebut tanpa paksaan. Dan saya juga akan mencoba untuk lebih tertata rapi dengan menggunakan segitiga restitusi.
  3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu. Sebelum mempelajari modul ini, dalam menangani murid yang bermasalah, yang saya tanyakan adalah apa motivasi melakukan hal tersebut, kemudian saya selalu bilang semua bisa salah, tapi ada saatnya kita harus memahami bahwa berperilaku salah akan merugikan kita sendiri, saya akan bercerita tentang pengalaman murid lain, sehingga murid tersebut dapat mengambil hikmah dari pengalaman tersebut, dan mengerti dan mudah-mudahan dapat menyadari kesalahannya, setelah menyadari maka kita cari solusi bersama. Setelah mempelajari modul saya baru tahu ternyata yang saya lakukan adalah segitiga resitusi. Saya memposisikan sebagai teman awalnya kemudian manager karena saya berusaha untuk berdiskusi dengan murid yang bermasalah mengenai solusi terbaik yang bisa dilakukan. 
  4. Perubahan  apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini? Perubahan yang terjadi adalah langkah dalam menangani murid yang bermasalah semakin baik karena terdapat langkah-langkah yang pasti dan runtut, sehingga lebih efektif dan lebih efisien. Serta bisa lebih melatih diri untuk mengolah emosi dengan baik, mengolah perasaan supaya bisa membuat murid nyaman dan mendapatkan solusi terbaik, murid yang bermasalah menjadi sadar dengan cara yang disukai dan berpihak pada murid. 
  5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran? Sebagai individu dan pemimpin pembelajaran sangat penting untuk mempelajari modul tentang budaya positif. Karena modul ini berisi tentang peran kita sebagai guru harus bisa menerapkan budaya positif dan dapat mengajak seluruh rekan guru, kepala sekolah dan civitas akademika di sekolah untuk dapat melaksanakan budaya positif agar tercipta merdeka belajar, pembelajaran yang berpihak pada murid, serta murid dapat mencapai profil pelajar Pancasila.
  6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini? Setelah saya mempelajari modul tentang budaya positif maka saya akan mempraktikkan di kelas atau sekolah serta mengajak rekan guru yang lain untuk melaksanakan budaya positif, sehingga akan tercipta keselarasan budaya positif di sekolah, menjadi sekolah menjadi nyaman, murid nyaman, tidak ada lagi tekanan dalam belajar dan pembelajaran berpihak murid tercapai, murid dapat mencapai profil Pelajar Pancasila.
  7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah? Menurut saya ada hal-hal penting yang harus dipelajari dalam menciptakan budaya positif yaitu cara penyampaian motivasi untuk semua murid, bagaimana cara menumbuhkan semangat untuk selalu berprestasi untuk semua murid, murid rata- rata yang tidak pernah membuat masalah tetapi juga tidak bersemangat untuk berprestasi, murid inilah yang harus lebih kita perhatikan supaya mempunyai semangat tinggi untuk mengukir prestasi dan mencapai cita-cita mereka.
  8. Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini? Langkah-langkah yang akan saya lakukan adalah mempelajari ulang modul Budaya positif, mengajak rekan Guru untuk bersama-sama mempelajari modul budaya positif, mencoba mempraktikkan kepada murid yang bermasalah seperti tugas LMS yang belum dikerjakan, saya akan mengatakan di musim pandemi ini, di mana rebahan adalah posisi favorit sangat wajar kalau malas mengerjakan tugas, menanyakan ke murid, apa fungsi guru memberikan tugas selama daring? apakah buat Guru atau buat murid? Siapa yang menginginkan ilmu? siapa yang perlu nilai rapor? dengan pertanyaan tersebut akan menjadikan restitusi murid tersebut sehingga menyadari akan kekhilafannya, dan mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikannya, dan saya tawarkan dengan tutor sebaya, sehingga murid yang belum mengerjakan dapat dibimbing oleh murid yang sudah mengerjakan semua tugas di LMS.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tayangan You Tube berikut ini :


Demikian tadi pemaparan tugas Refleksi terbimbing tentang Budaya positif. Mudah- mudahan bermanfaat, Salam bahagia dan sehat selalu. Salam Guru Penggerak..😍😍😍😍