Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik mampu mengenal nilai-nilai perdamaian, memahami pentingnya budaya anti kekerasan, dan mempromosikan sikap damai dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat
Langkah Pembelajaran :
1. Peserta didik menjawab pertanyaan pemantik :
a. Apa yang kamu pahami tentang budaya perdamaian ?
b. Mengapa penting untuk mengembangkan budaya anti kekerasan di sekolah dan masyarakat ?
Berikut adalah contoh jawaban peserta didik untuk kedua pertanyaan tersebut:
a. Apa yang kamu pahami tentang budaya perdamaian?
Budaya perdamaian adalah sikap dan perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan yang harmonis, tanpa kekerasan, serta menjunjung tinggi toleransi, saling menghormati, dan kerja sama. Dalam budaya perdamaian, semua orang berusaha untuk menyelesaikan konflik secara damai, menghindari tindakan yang merugikan orang lain, dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi semua orang.
b. Mengapa penting untuk mengembangkan budaya anti kekerasan di sekolah dan masyarakat?
Mengembangkan budaya anti kekerasan penting karena dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, di mana setiap individu merasa dihargai dan terlindungi. Di sekolah, budaya anti kekerasan membantu mencegah perundungan dan menciptakan tempat belajar yang nyaman. Di masyarakat, budaya ini mendukung kehidupan yang damai, mengurangi konflik, dan meningkatkan kerja sama antarwarga. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam lingkungan yang lebih harmonis dan penuh kedamaian.
2. Peserta didik menyimak materi singkat dibawah ini : "Budaya perdamaian" adalah suatu sikap hidup yang menolak kekerasan dalam segala bentuknya, serta mendukung dialog, toleransi, dan penghormatan terhadap sesama. Sementara, "anti kekerasan" adalah prinsip yang menolak penggunaan kekerasan fisik atau mental sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
3. Peserta didik diminta duduk berkelompok sesuai kelompok bimbingan konseling atau kelompok yang dibuat oleh fasilitator. (1 kelompok maksimal 6 orang)
4. Peserta didik berdiskusi dan menuliskan contoh perilaku yang sering terjadi di lingkungan sekolah atau masyarakat yang menunjukkan adanya kekerasan, baik fisik maupun verbal.. Dan guru mulai membimbing kelompok yang belum berjalan diskusinya. (Peserta didik dapat mencari sumber bacaannya di internet)
Berikut adalah contoh perilaku yang sering terjadi di lingkungan sekolah atau masyarakat yang menunjukkan adanya kekerasan, baik fisik maupun verbal:
Kekerasan Fisik:
- Perkelahian antar siswa.
- Menendang, memukul, atau mendorong teman.
- Melakukan intimidasi fisik seperti mengancam dengan benda berbahaya.
- Merusak barang milik orang lain dengan sengaja.
Kekerasan Verbal:
- Menghina atau mengejek teman dengan kata-kata kasar.
- Memberikan julukan yang merendahkan atau mempermalukan seseorang.
- Mengancam secara lisan, misalnya mengancam akan memukul atau melukai.
- Membuat komentar negatif atau menyebarkan rumor yang mencemarkan nama baik seseorang.
Perilaku-perilaku ini, baik fisik maupun verbal, bisa berdampak buruk pada korban dan menciptakan lingkungan yang tidak aman di sekolah atau masyarakat.
5. Peserta didik menjawab pertanyaan “Sebutkan tiga contoh perilaku atau tindakan yang mencerminkan budaya perdamaian di lingkungan sekolah atau masyarakat ?
Berikut tiga contoh perilaku atau tindakan yang mencerminkan budaya perdamaian di lingkungan sekolah atau masyarakat:
Menyelesaikan Konflik Secara Damai
Ketika terjadi perselisihan antar siswa atau warga, mereka memilih untuk berdiskusi secara baik-baik dan mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak tanpa menggunakan kekerasan atau kata-kata kasar.Menghormati Perbedaan dan Menunjukkan Sikap Toleransi
Menghargai teman atau tetangga yang berbeda latar belakang, agama, suku, atau budaya, serta tidak mendiskriminasi atau mengejek perbedaan tersebut. Sikap saling menghormati menciptakan suasana harmoni dan persatuan di lingkungan sekolah atau masyarakat.Berperilaku Empati dan Saling Membantu
Berusaha memahami perasaan orang lain dan menawarkan bantuan ketika melihat teman atau warga yang sedang kesulitan. Tindakan seperti ini menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dan memperkuat ikatan sosial yang damai.
Dalam kegiatan refleksi, peserta didik dapat menulis jawaban berdasarkan pengalaman dan perasaan mereka terkait kekerasan yang pernah mereka alami atau saksikan. Berikut contoh panduan jawaban yang bisa muncul:
a. Pernahkah kamu mengalami atau menyaksikan kekerasan di lingkunganmu?
Jawaban peserta didik bisa bervariasi, misalnya:
- "Ya, saya pernah melihat teman saya diejek dan didorong oleh teman lain di sekolah."
- "Saya pernah menyaksikan perkelahian antara dua orang di lingkungan tempat tinggal saya."
- "Saya sendiri pernah menjadi korban perundungan verbal saat teman-teman mengejek penampilan saya."
b. Bagaimana perasaanmu saat itu, dan apa yang menurutmu bisa dilakukan untuk menghentikan kekerasan tersebut?
Jawaban ini menggambarkan refleksi emosional dan tindakan yang bisa diambil:
- "Saat melihat teman saya diejek, saya merasa sedih dan marah karena dia diperlakukan tidak adil. Saya pikir, guru atau teman-teman lain seharusnya membantu untuk menghentikan kekerasan itu dengan menegur pelaku dan mendukung korban."
- "Saya merasa takut saat melihat perkelahian, dan saya berharap ada orang dewasa yang segera melerai agar perkelahian tidak berlanjut. Menurut saya, harus ada lebih banyak pembicaraan tentang pentingnya menyelesaikan masalah tanpa kekerasan."
- "Ketika saya menjadi korban, saya merasa rendah diri dan sangat terluka. Saya berharap sekolah lebih aktif dalam mendidik tentang pentingnya saling menghormati dan menghukum pelaku kekerasan dengan cara yang mendidik, bukan hanya menghukum tanpa solusi."
Dengan refleksi ini, siswa diajak untuk lebih sadar tentang dampak kekerasan dan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan lingkungan yang aman dan damai.