Followers

Tuesday, March 22, 2022

2.3.a.4.3. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching

 


Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.

Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi  (permasalahan atau tantangan) yang dihadapi coachee? 
Yang dilakukan Coach (Guru) dalam membantu coache (murid) adalah melakukan coaching dengan metode TIRTA yaitu 
Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)
Coach (Guru) memberikan respon empati terhadap permasalahan dari coachee, sikap duduk coach yang lebih condong ke depan dan kontak mata coach dengan coachee membuat coachee dapat dengan tenang mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapi, dan coache merasa sangat berterima kasih karena ada Guru yang mau mengajak ngobrol dengannya membicarakan permasalahan yang sedang dihadapi murid tersebut (coachee)

Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?
Praktik coaching model TIRTA sangat mungkin dilaksanakan di kelas dan sekolah karena model ini mempunyai tahapan yang mudah untuk diterapkan dengan murid sebagai coachee untuk menyelsaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh murid. Dan metode ini sangat memanusiakan murid (coachee) sehingga mereka dapat mandiri untuk menyelesaikan permasalahan mereka, tanpa merasa tertekan atau takut. Metode ini membuat murid lebih nyaman dan aman, berlatih untuk bisa mengungkapkan pendapat dan berdiskusi dengan Guru. 
Tantangan utama dalam melakukan praktek coaching model TIRTA adalah berasal dari pribadi saya sendiri yang lebih dominan bila mengobrol dengan orang lain apalagi dengan murid, karena saya terbiasa untuk memberikan solusi bukan mengarahkan murid untuk bisa menemukan solusinya sendiri. Walaupun alhamdulillah murid selama ini merasa nyaman bila sudah ngobrol dengan saya, tetapi tetap saya lebih dominan, maka saya harus merubah diri untuk bisa mendengarkan dengan baik, dan berlatih untuk bisa mengarahkan bukan memberi solusi. 

Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?
Yang dapat membantu saya melatih praktik coaching model TIRTA di kelas dan di sekolah adalah murid saya sendiri, murid yang memang mempunyai masalah dengan pembelajaran di sekolah, terutama di musim pandemi, di saat pembelajaran terkadang daring, maka banyak murid yang tidak mengerjakan tugas tetapt waktu.  Cara melibatkannya dengan mengajak ngobrol murid yang bermasalah dengan pembelajaran di kelas, pada saat anak tersebut ke sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Karena memang di sekolah saya masih menggunakan Blended Learning artinya terdapat anak yang belajar di rumah (daring) dan setengahnya lagi belajar tatap muka di sekolah. Saya akan mengajak ngobrol per anak tentang masalah yang murid tersebut hadapi, alasan mengapa murid tersebut tidak mengerjakan tugas tepat waktu, kemudian saya akan mengarahkan supaya murid tersebut membuat rencana aksi atas solusi permasalahan yang dihadapi. Pastinya dengan saya melakukan metode coaching TIRTA terhadap bbeberapa murid maka membuat saya semakin terlatih untuk bisa selalu menerapkan coaching model TIRTA di kelas dan di sekolah. 

2.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Coaching

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  

  1. CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan

  2. CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan
  3. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching
  4. CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid
  5. CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA
  6. CGP mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA
  7. CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.
Materi yang akan dipelajari

  1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
  2. Komunikasi Yang Memberdayakan
  3. TIRTA Sebagai Model Coaching.

2.3.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan

Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:

  • sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 
  • kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)
Tuliskan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan!

Prinsip coaching adalah 
  1. Adanya kolaborasi antara coach dan coachee yang berorientasi pada hasil dan sistematis 
  2. Coach menfasilitasi peningkatan performa kerja,pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee
  3. Coaching lebih kepada membandtu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!

Ya, Saya pernah mempraktikkan coaching terhadap murid saya yang mempunyai hobby bolos sekolah (terjadi sebelum pandemi). Pada saat anak tersebut masuk sekolah saya sebagai guru dan juga wali kelasnya mengajak ngobrol berdua di depan kelas, dengan posisi santai, dan obrolan saya awali dengan menanyakan kabar, dan perasaan murid tersebut. Saya mendengarkan keluhan, curhatan, sampai pada akhirnya saya mengetahui penyebab anak tersebut tidak mau sekolah. Kemudian saya menanyakan tentang beberapa solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Akhirnya kita berdiskusi dan mendapatkan kesepakatan solusi supaya anak tersebut rajin ke sekolah. 

Pada musim pandemi, saya melakukan couching terhadap murid yang tidak mau mengerjakan tugas- tugas Biologi dari saya, mencoba menggali apa masalahnya, kemudian murid tersebut menjawab pertanyaan reflektif supaya dapat menemukan solusi terbaik dari beberapa solusi alternatif. Yang akhirnya membuat murid tersebut dapat mengerjakan tugas Biologi semuanya dengan tuntas. 

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:

“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

  1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
  2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
  3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching  sebagai coach.

B. Coaching dalam Konteks Sekolah
Tentunya, sebagai guru, Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan berkomunikasi yang menjadi dasar dari keterampilan coaching.  Mari kita lakukan refleksi mengenai hal tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai?
Ketrampilan berkomunikasi yang saya kuasai adalah ketrampilan mendengarkan cerita atau curhatan lawan bicara, kemudian saya mempunyai sifat berempati dan berusaha untuk memahami masalah lawan bicara. Kemudian ketrampilan berkomunikasi dalam hal mengadakan refleksi dan berdiskusi bersama untuk mencapai solusi yang paing tepat. 
Question #3
Keterampilan manakah yang perlu Anda asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik?
Ketrampilan yang perlu saya asah lebih adalah ketrampilan mendengar, karena sebenarnya saya adalah tipe orang yang dominan dalam lingkungan artinya saya lebih banyak berbicara daripada mendengar. Dan untuk coaching, ketrampilan utama adalah mendengar jadi saya harus mencoba untuk menjadi pendengar yang baik. 

Setelah melihat video Percakapan Kancil dan Burung Hantu, dimana burung Hantu sebagai coach dan kancil sebagai coachee

Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai?
Burung hantu membantu kancil untuk mengungkapkan potensi yang ada pada diri kancil bukan mencoba untuk menjadi binatang lain seperti ikan atau burung. Kancil akhirnya menyadari bahwa potensi nya adalah cerdas dan pengamat yang ulung. Dari potensi yang dimiliki maka Kancil dapat menemukan solusi terbaik supaya kancil dapat menyebrang sungai, yaitu menunggu air sungai surut sehingga kancil bisa melewati untuk menyebrang sungai. 

Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak mampuannya?
Cara burung hantu dalam menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidakmampuannya adalah burung hantu memberikan pertanyaan reflektif kepada kancil agar Kancil menyadari siapa dirinya dan apa potensinya, karena setiap individu pasti mempunyai potensi yang berbda dan tidak bisa disamakan. 

Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil?
Pertanyaan reflektif yang diajukan oleh burung hantu kepada kancil adalah
Kancil diminta untuk melihat sungai, apakah dia seperti ikan yang bisa berenang? apakah seperti burung yang bisa terbang?
Setalah Kancil tahu bahwa dirinya bukan ikan ataupun burung, burung hantu menanyakan apa potensi yang dimiliki seekor kancil?
dan kancil menjwab cerdas dan pengamat yang ulung.
Kemudian burung hantu bertanya, bagaimana seorang kancil bisa menyebrang sungai dengan potensinya?

Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian?
Jika saya menjadi kancil maka saya akan merasa sangat terbantu dengan pertanyaan dari b urung hantu, jadi bukan menghakimi, atau mengajari tapi membuat saya berpikir, dan menyadari akan potensi diri, sehingga saya dapat mencari solusi sendiri sesuai dengan potensi yang saya miliki. 

Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup sabar? Mengapa?
Saya akan sabar mengarahkan murid saya untuk bisa memahami potensi yang dimiliki dan mengarahkan untuk bisa mengembangkan sesuai dengan potensinya. 
Karena saya ingin murid saya mengembangkan bakat sesuai dengan potensinya. Jadi bukan menjadi orang lain, tapi menjadi diri sendiri sesuai bakat dan minatnya.

Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?

Mencoba untuk menggali kisah masa lalu yang menjadikan trauma tidak mau lagi mengemudi mobil. trauma tidak mau mengemudi mobil karena dahulu pernah mengalami kecelakaan yang sangat parah. Sebagai konseling, harus bisa berempati dan mencoba untuk mengerti perasaan orang tersebut. 

Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?

Sebagai mentor dalam mengemudi mobil, mentor memberikan tips berkendara yang aman dan nyaman dan memberikan pengalamannya dalam berkencara mobil dengan aman dan nyaman

Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?

Seorang coach akan memberikan  pertanyaan reflektif supaya coache dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, seperti kendala apa yang kamu hadapi dalam berlatih mengemudi mobil? Bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

2.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Komunikasi Yang Memberdayakan
Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?
Untuk sementara ini saya lebih bergaya sebagai komunikator yang agresif, karena saya selalu mendominasi dalam setiap perbincangan. Tapi terkadang say juga mencoba untuk bisa mendengarkan cerita atau pendapat orang lain, walaupun memang lebih dominan saya yang berbicara. 
Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif.
Untuk menjadi komunikator yang asertif
  1. Harus berlatih untuk bisa menjadi pendengar yang baik
  2. Berusaha untuk bisa berempati dengan keadaan lawan bicara
  3. Mencari waktu yang tepat untuk bisa berbicara dan mencari solusi yang terbaik dari diskusi dengan lawan bicara (posisi berada di tengah (netral))
Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?
Tantangan saya adalah karena saya seorang komunikatoor yang agresif maka saya harus bisa menahan diri supaya dapat menjadi pendengar yang baik, dapat berempati dengan keadaan lawan bicara, dan berusaha mencari solusi bersama secara berdiskusi. (komunikasi 2 arah)
Setelah mempelajari bagian ini apa pemahaman Anda mengenai makna dari membangun sebuah komunikasi asertif dengan murid?
Membangun komunikasi asertif dalam metode coaching merupakan modal dasar untuk keberhasilan coaching. Jika kita sebagai Guru (coach) dapat dekat dengan coachee (murid) maka kita akan mudah mengerti apa yang murid inginkan, sehingga kita bisa mengarahkan murid supaya mengerti akan potensi dirinya yang nantinya dia dapat menggunakan potensi yang dia miliki untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. 
Apa dampak yang bisa Anda rasakan?
Dengan membangun komunikasi asertif maka antara coach dan coachee akan ada hubungan yang dekat, nyaman dan aman, sehingga coachee akan menuangkan ide-ide berdasarkan potensi yang dia miliki untuk dapat menyelesaikan masalahnya. Sevagai Guru dampaknya akan sangat positif karena hubungan kita dengan murid dekat, murid akan nyaman untuk bisa menceritakan keinginan ide atau gagasan sesuai potensi yang dimiliki. dan kita sebagai Guru akan lebih mudah untuk bisa mengarahkan murid kita. Kegiatan coaching akan berhasil dengan hasil yang memuaskan. 

Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda

I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant

~ Alan Greenspan

Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri.
Yang saya tangkap dari kutipan tersebut adalah bahwa dalam komunikasi bisa terjadi perbedaan persepsi, apa yang kita katakan bisa jadi dipersepsikan berbeda oleh orang yang mendengar perkataan kita. Jadi dalam komunikasi kita harus melakukan 2 arah sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. 

Setelah menonton video Mendengarkan aktif, apa yang Anda tangkap mengenai arti kata Mendengarkan (listening)?
Mendengarkan adalah kegiatan mendengar dengan telinga yang di lakukan dengan sadar, dengan sungguh- sungguh, mendengarkan dengan hati, fokus atau konsentrasi dengan orang yang menyampaikan dan isi dari pesan yang disampaikan, adanya kontak mata dengan penyampai pesan, kita menghargai dan menghormati penyampai pesan dengan hati supaya kita mengerti makna dari pesan yang disampaikan.

Apa hambatan dari diri yang dapat membuat Anda tidak mendengarkan secara aktif?
Hambatan dari diri saya adalah saya terlalu dominan dalam setiap percakapan dengan orang, sehingga terkadang saya mempunyai pikiran sendiri dari apa yang di sampaikan oleh orang tersebut, saya kuirang berkonsentrasi dan fokus dengan pesan yang disampaikan orang tersebut. Dan saya lebih banyak berbicara daripada mendengarkan.

Apa yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan hambatan ini?
Yang akan saya lakukan untuk menghilangkan hambatan tersebut adalah berlatih untuk bisa mendengarkan dengan hati, berlatih untuk fokus dan konsentrasi terhadap orang yang menyampaikan pesan, dan fokus terhadap pesan yang disampaikan, berlatih untuk lebih banyak diam, mendengarkan daripada banyak berbicara. Berlatih untuk menahan diri tidak banyak berbicara, tetapi lebih banyak mendengarkan. 

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:

  • Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
  • Emosi dan perasaannya
  • Pikirannya
  • Bahasa tubuh dan mimik wajah
  • Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
  • Usaha dan hasil yang dicapai
  • Materi lainnya yang disampaikan

C. Bertanya Efektif

Selanjutnya, buatlah 2 contoh Pertanyaan terbuka

Coba ceritakan apa saja kendala kamu selama ini?

Mengapa kamu berpikir seperti itu?

Buatlah 2 contoh Pertanyaan yang berfokus pada tujuan

Dari pilihan yang sudah kita diskusikan, mana yang kamu pilih dan mengapa?

Setelah lulus nanti, apa yang menjadi tujuan hidupmu?

Buatlah 2 contoh Pertanyaan refleksi

Dari evaluasi yang kamu buat, coba jelaskan apa hal- hal yang perlu kamu perbaiki untuk meningkatkan performa kamu?

Bagaimana hasil analisi kekuatan dan kelemahan program OSIS yang telah kamu buat?

Buatlah 2 contoh Pertanyaan eksplorasi

Seberapa yakin kamu meneruskan usaha yang sudah dijalankan oleh orang tuamu?

Apa yang akan terjadi jika pilihan A yang kamu ambil?

Buatlah 2 contoh Pertanyaan mengukur pemahaman

Jelaskan hal-hal yang diperlukan sup[aya rencanamu berhasil?

Dari hal yang sudah dipaparkan, apa yang akan menjadi tantangan mu sekarang?

Buatlah 2 contoh Pertanyaan Aksi

Kriteria kesuksesan menurut kamu apa?
Apa dukungan yang kamu perlukan untuk mencapai kesuksesan?

Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup

Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.

JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.

Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan

Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan  coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.

Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.

Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”

Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”

Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”

Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”

D. Umpan Balik Positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.

Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):

1.    Langsung diberikan saat komunikasi.

Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”

2.    Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan

Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”

3.    Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan

Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”

4.    Apresiasi – menyertakan motivasi positif

Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”

Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.

2.3.a.4.3. Eksplorasi Konsep - TIRTA Sebagai Model Coaching

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling menantang? Mengapa?
Yang paling menantang adalah langkah ketiga yaitu tentang Rencana aksi, karena pada tahapan ini benar-benar harus dirancang rencana terhadap aksi nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (solusi yterbaik), bila tahapan ini berhasil maka akan berhasil pula semua rangkaian proses Coaching (TIRTA)
Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid Anda di sekolah?

Kendala yang mungkin saya hadapi adalah mengajak murid untuk membuat rencana aksi terhadap solusi dari masalah yang dihadapi oleh murid saya, karena keberhasilan rencana akan membuat keberhasilan proses coaching. Jadi saya harus ekstra mengarahkan supaya rencana itu berasal dari murid saya bukan berdasarkan dari saran saya, kelemahan saya adalah saya selalu ingin membantu murid saya, hal ini yang bisa menjadi kendala murid saya dapat mandiri. Karena tujuan dari coaching adalah mengarahkan bukan mengajarkan.