Followers

Monday, March 28, 2022

2.3.a.6. Refleksi Terbimbing - Memahami Lebih Dalam Teknik Coaching Yang Efektif Dalam Optimalisasi Pengembangan Kompetensi Pendidik dan Murid


Tujuan Pembelajaran Khusus:   

  1. CGP dapat melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lalui
  2. CGP menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampunya
1. Sebelum mempelajari modul ini

Saya pikir bahwa coaching adalah metode yang dilakukan oleh tentor atau Guru dan tahapnya mirip dengan mentoring ataupun konseling, yaitu Coach akan memberikan solusi terhadap coachee, dan Coach lebih banyaki berbicara untuk memberi nasehat, arahan terhadap coachee, bahkan sampai pada tahap-tahap yang harus dilakukan oleh coachee.

Saya merasa bahwa Coaching sama dengan konseling dan mentoring, baik dari tujuan, tahap-tahap yang harus dilakukan. Say7a juga merasa bahwa coaching hanya dilakuakn oleh seorang pelatih yang melatih coachee supaya bisa melakukan apa yang coach lakukan. Atau saya berpikir bahwa coaching hanya dilakukan oleh guru Bimbingan konseling yang ada di sekolah. 

2. Setelah mempelajari modul ini

Saya pikir bahwa coaching tidak sama dengan mentoring ataupun konseling, karena coaching sangat berbeda diantara keduanya. Prinsip coaching adalah 
  1. Adanya kolaborasi antara coach dan coachee yang berorientasi pada hasil dan sistematis 
  2. Coach menfasilitasi peningkatan performa kerja,pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee
  3. Coaching lebih kepada membandtu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 
Saya merasa bahwa coaching adalah model penyelesaian masalah yang cukup baik misal pada coaching model TIRTA, dimana coach hanya mendengarkan masalah yang dihadapi coachee. Dan coach bisa meberikan pertanyaan reflektif agar coachee bisa mengindentifikasikan kemampuan dirinya yang nantinya coachee sendiri yang dapat memutuskan solusi untuk masalah yang dihadapi. Jadi Coach hanya mengarahkan tapi tidak menerikan solusi kepada coachee. Dan hal ini bila di terapkan di pembelajaran dalam kelas, maka akan membentuk sifat mandiri kepada peserta didik. 

3. Dari teknik keterampilan coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah teknik mendengarkan, yaitu bukan hanay mendengar tetapi bisa mendengarkan, artinya mendengar dengan segala hati dan sikap kita menunjukkan rasa empati terhadap lawan bicara, dan berlatih untuk membuat pertanyaan reflekytif yang bisa mengarahkan lawan bicara kita (coachee) menemukan sendiri solusi dari masalah yang dia hadapi.

karena saya adalah komunikator yang agresif,  saya selalu mendominasi dalam setiap perbincangan. Tapi terkadang saya juga mencoba untuk bisa mendengarkan cerita atau pendapat orang lain, walaupun memang lebih dominan saya yang berbicara. Bila saya banyak bicara membuat saya tidak dapat mengekplor lawan bicara saya, dan saya tidak bisa mendengarkan dengan baik masalah yang dihadapi lawan bicara, justru terkadang saya memberikan solusi saya terhadap lawan bicara, dan tentunya hal ini tidak sesuai dengan prinsip coaching. 

4. Kendala yang saya hadapi ketika melakukan pendampingan dengan pendekatan  coaching dalam Komunitas Praktisi adalah Saya terlalu banyak bicara (komunikator agrresif) sehingga saya kurang dapat mengerti permasalahan yang dihadapi oleh coachee dalam komunitas praktisi. Saya kurang bisa berempati terhadap permasalahan coachee, yang menyebabkan saya tidak bisa membangun komunitas praktisi dengan baik. Dan yang ada rekan dalam komunitas terlalu tergantung kepada solusi dari saya, akibatnya bukan kolaborasi yang didapatkan tetapi dominasi saya dalam komunitas tersebut. 

5. Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah Saya akan berlatih untuk tidak banyak berbicara, mencoba untuk menjadi pendengar yang baik, dapat berempati terhadap lawan bicara (coachee), dan berlatih mengutarakan pertanyaan reflektif agar lawan bicara (coachee) dapat mengindentifikasi kemampuan nya sehingga dapatb dengan mandiri menemukan solusi dari permasalahannya.